Aku adalah representasi dari apa yang kamu sebut ego.
Aku adalah akumulasi dari benih-benih emosi yang kian
tertanam.
Mengenal akan selalu terlihat sedikit lebih gampang
dibanding mencoba untuk melupakan.
Melupakan akan selalu terlihat sulit karena
memang sudah terlalu banyak hal-hal yang dikenang.
Aku tidak pernah menyalahkan mu untuk apa yang sudah
terjadi pada kita.
Aku memang kecewa, aku marah, tapi aku tau ini semua akan
menjadi sebuah cerita.
Cerita tanpa seseorang akan tau dimana semua ini bermuara.
Cerita dimana aku hanya bisa mengenang karena aku tak
terlalu tangguh untuk bisa melupakan.
Kita memang hidup untuk masa depan, tapi kita tak kan pernah
bisa lari dari apa yang disebut masa lalu.
Masa-masa dimana aku selalu terlihat tegar dengan visual
senyum ku yang terlihat begitu nyata.
Masa-masa dimana engkau masih memujaku.
Atau masa-masa dimana kamu selalu benar dimataku.
Aku tidak pernah peduli dengan mereka yang menganggap ini
salah, karena aku yakin selalu ada alasan untuk mengubah ini menjadi benar.
Alasan untuk tetap tersenyum ketika aku selalu terlihat
bodoh di mata mereka.
Alasan ketika mereka selalu menyalahkan ku untuk apa yg
sudah kita alami.
Alasan untuk aku mencoba tetap bertahan menghadapi pedihnya
kisah kita.
Atau alasan untuk semua pembenaran dari fakta-fakta yg
tersamarkan.
Tentunya kamu masih ingat, ketika pertama kali kita mengikat
janji.
Atau kamu memang selalu terlupa dengan janji-janji yang
pernah kamu ucap.
Kita dianugrahi ingatan untuk selalu mengingat, bukan untuk
melupakan.
Kita mempunyai satu hati untuk mengasihi, bukan untuk saling
menyakiti.
Tak peduli dengan apa yang sudah terjadi antara aku, kamu,
atau mungkin dia.
Tak peduli dengan seberapa bodohnya aku ketika harus selalu
tersenyum dan menyembunyikan luka.
Aku hanyalah manusia biasa yang masih ingin merasakan cinta.
Aku hanyalah manusia biasa, aku bersedih, tertawa dan
terkadang tersenyum hanya untuk menutupi duka.
Aku hanyalah manusia biasa, yang selalu terbayangi memori
dari masa lalu ku.
Aku ingin beranjak, tapi bayangmu selalu menyeretku dan
hadir dengan senyum yang melemahkanku.
Dan kini aku hanya bisa terdiam dengan apa yang sudah
terjadi diantara kita.
Saat-saat yang bahkan untuk sekedar membayangkannya pun aku
takut.
Saat-saat dimana kamu tidak lagi menghiburku dengan candamu.
Saat-saat dimana aku hanya bisa berbohong dan tersenyum
kecil ketika melihatmu dengannya.
Saat-saat dimana mimpi-mimpiku berlahan mulai pergi dan
menjauh dariku.
Kini aku hanya bisa tersenyum, ya.. hanya tersenyum.
Karna mungkin hanya ini yang bisa aku lakukan.
AKU SELALU BISA MEMAAFKAN, TAPI TIDAK UNTUK MELUPAKAN!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar