Selasa, 02 Desember 2014

sebuah kisah

Sudah 3 tahun belakangan ini aku menjalani hubungan jarak jauh yang biasa disebut LDR.. Magelang, sebuah kota di Jawa Tengah dan Rengat, sebuah daerah di Kepulauan Riau.. Awalnya aku mengenalnya dari salah satu akun media sosialku.. Berawal dari saling sapa lalu menemukan titik nyaman ketika saling bertukar cerita.. Dia *sebut saja Bunga , bukan nama sebenarnya* seorang gadis cantik.. bukan termasuk gadis populer karena cantiknya, tapi jujur di mataku dia sangat menarik dengan lesung pipit setiap kali tersenyum.. Dan yg lebih istimewa lagi adalah sabarnya.. karena saat itu usia kami sama2 baru menginjak 15 tahun.. sudah jelas aku masih banyak tingkah dan lebih tepatnya labil dan plin plan dalam mengambil keputusan..
Jujur kami belum pernah saling bertemu setelah perkenalan lewat dunia maya.. Kami hanya berkomunikasi lewat pesan singkat dan telepon.. Itupun jika kami tidak sedang sibuk dengan urusan kami masing2.. Kadang dia sibuk dengan tugas kuliahnya, sampai dia kelelahan dan tak memberitahukan kabarnya, sedangkan aku berkutat dengan pekerjaanku dengan shift yg tak tentu, pekerjaan yang mungkin hanya di pandang sebelah mata..
Beberapa sahabat mempertanyakan tentang keseriusanku, aku hanya tersenyum dan berkata "kalian tau tunanetra?? mereka tak bisa melihat tapi tetap mencintai, kenapa?? karena mereka punya hati, mencintai sesungguhnya bukan dengan mata, tapi hati"
Begitulah yg selalu aku ucapkan setiap kali ada yg bertanya tentang rasaku untuk Bunga.. Aku memang tak pernah melihatnya, tapi hatiku nyaman ketika kami saling bertukar cerita, canda, meskipun dari kejauhan..
Aku berkomitmen kepadanya, aku tak peduli akan jarak, yg terpenting kami saling percaya, saling sayang.. Seperti halnya hubungan lain, terutama jarak jauh seperti yg kujalani, masalah datang bertubi-tubi.. Tentang minimnya komunikasi, tentang krisis kepercayaan, dan juga tentang semua egoku.. Berulang kali aku pernah mengecewakannya, mungkin membuatnya menangis, aku tak bisa melihat itu namun bisa merasakan sakit yg dia rasakan.. 
Aku yg selalu salah, dan dia yg terus memaafkan.. Aku akui, aku yg bodoh, aku yg tak tau berterima kasih.. 
Hingga akhirnya aku merasakan tamparan yg benar-benar keras.. Mungkin dia lelah dengan semua egoku.. Aku memohon maaf entah untuk yg keberapa kalinya.. Dia hanya menjawab "jika memang kau percaya akan rasa sayang ini, jarak bukanlah penghalang, biarkan doa yg melindungi kita dari godaan apapun, biarkan kata rindu yg selalu menjaga hatimu untukku, dan suatu saat, diwaktu yg tepat, kita akan di pertemukan, dimana kedua orang tua kita membicarakan tempat, tanggal dan lain-lain, dan hari itu akan menjadi hari terindah untuk kita"


#2112

thank's to a.k.a jorok , be nice ;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar